Rabu, 23 November 2016

Cara menghafal Al-quran dengan Metode yang mudah






Metode menghafal al-Qur’an ternyata mempengaruhi bagaimana cara otak mengambil ingatan itu lagi. Misal: kita menghafal qur’an berdasarkan juz, maka kita akan mengingat suatu ayat, ia berada di juz berapa. Inilah biasanya yang diterapkan di ma’had2 tahfidzul qur’an.
Dari buku yang ana baca, yang berjudul “Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an”, ana dapati bahwa menurut penulisnya, menghafal al-Qur’an berdasarkan juz itu.. adalah cara menghafal yang salah/kurang tepat. Yang benar adalah menghafal al-Qur’an berdasarkan surat.. sehingga ketika kita ditanya suatu ayat, maka kita akan mudah mengetahui, ayat itu ada di surat mana.
Untuk mengatasi hal ini, maka sebaiknya digunakan dua metode. Karena di ma’had menggunakan metode menghafal berdasarkan juz, maka ana harus menggunakan metode ini untuk ziyadahnya (menambah hafalan). Tapi untuk muraja’ahnya (mengulang hafalan), ana lebih sering menggunakan metode menghafal berdasarkan surat. Dengan demikian, diharapkan ketika ditanya suatu ayat, kita bisa dengan tepat menyebutkan di juz mana dan di surat mana.
Jika kita masuk lebih dalam, maka kita juga bisa menghafal al-Qur’an bedasarkan halamannya. Kita bisa menebak suatu ayat berada di lembar sebelah kanan atau kiri.. berada di lembar ke berapa juz ke berapa.. Kalau yang pernah ana baca, untuk mendapatkan kemampuan ini, maka kita harus mengoptimalkan penglihatan kita (sering melihat mushaf dengan konsentrasi / menggunakan ingatan penglihatan).
Masih muncul permasalahan.. Apakah itu?
Salah satu permasalahan yang belum terpecahkan olehku sampai saat ini adalah menghafal al-Qur’an secara sempurna hingga ke nomor ayatnya. Bagaimana caranya ya? Lalu aku pun mencarinya di berbagai buku, adakah kisah penghafal al-Qur’an yang dapat menghafal al-Qur’an sampai ke nomornya juga??
Alhamdulillah, akhirnya kutemukan juga ketika aku membaca buku “Seni Menghafal AL-Qur’an”. Di sana dikisahkan ada seorang hafidzah yang memiliki suami seorang hafidz. Dia bercerita bahwa suaminya bisa menghafal al-Qur’an hingga ke nomor ayatnya. Masya Allah!! Subhanalllah!! Aku pun bertanya-tanya, bagaimana caranya?
Namun, sayang sekali, di buku itu tidak diceritakan bagaimana caranya hafidz tersebut bisa menghafal al-Qur’an hingga ke nomor ayatnya....
Metode yang pernah dicoba adalah metode menghitung. Alhamdulillah, akhirnya bisa juga, tapi ini efektif di lembar pertama sebuah surat. Setelah itu lembar2 berikutnya kabur, dan ingatan hitungan berubah menjadi hitungan berdasarkan lembar ketika beberapa hafalan sudah digabung menjadi sebuah surat atau juz.
Metode lain yang secara tidak sengaja ditemukan adalah menghafal ayat berdasarkan temanya. Hal ini ditemukan ketika mengikuti kajian/ta’lim.. Seorang ustadz membacakan sebuah dalil dengan menyebutkan surat dan nomor ayatnya. Akhirnya, sejak saat itu, ayat itu teringat menjadi lebih baik, berada di surat apa dan ayat berapa. Permasalahannya, tidak semua ayat qur’an dibaca oleh ustadz sebagai dalil. Solusi lain yang mungkin adalah mengkaji tafsir tematik. Di sana disebutkan seluruh ayat yang berkaitan dengan tema tertentu. Misalnya tentang zakat, maka akan dikaji seluruh ayat yang berkaitan dengan zakat.
= = =
Bagi para penghafal Al Quran yang pemula, menambah hafalan mempunyai kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan waktu kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak, murajaah juga semakin berat.
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat.
Kesulitan kedua adalah ketika kita „macet“ sulit bagi kita untuk mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah „ayat macet“ menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga kalau ayat “sebelumnya” macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al Qur’an.
Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi masalah tersebut?
Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan. Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.
Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah sebagai berikut :
  1. Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.
  2. Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai dengan ayat yang sedang di hafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2 gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.
  3. Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10
  4. Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai 10.
  5. Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.
  6. Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surat tsb. Ulang-ulang sampai lancar
Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.
Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah:
  1. Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat – ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita. Misalnya: untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat2 sunnah rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!
  2. Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah surat yang panjang kita mempunyai
  3. Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan hanya ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah surat-surat yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal – tamu datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus mengulangi dari awal surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.
  4. Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita
  5. Mengatasi kasus „ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem ‚potong surat’ ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya –seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada „ pengait“ yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!
Melakukan metode ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stres dalam memurajaah. Karena kita mempunyai „petunjuk/milestones“ dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah „ayat-ayat pendek“, yaitu 10 ayat saja. Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan hasilnya.
Selamat bermurajaah!

Related Posts

Cara menghafal Al-quran dengan Metode yang mudah
4/ 5
Oleh